loading...
Dia memuji sosok Jokowi sebagai pemimpin yang humanis. Sementara lawan Jokowi, justru bertolak belakang. Rakyat bisa menilai sosok Jokowi dan Prabowo.
"Kalau Pak Jokowi itu kan lembut, merangkul, tersenyum, kadang tertawa, kreatif. Kalau yang satu kok agak kaku, kok pakai marah-marah, misalnya seperti itu. Kalau ini kan beda, buat kami itu style pemimpin," kata Hasto di kantor Ruangguru.com, Jalan Tebet Dalam, Jakarta Selatan, Jumat (4/5).
Di balik perbedaan gaya kepemimpinan dua sosok itu, Hasto menilai seorang pemimpin harus bisa membawa harapan. Bukan memecah belah rakyat.
"Seorang pemimpin itu membawa kegembiraan karena dia percaya bahwa di tangan pemimpin ini saya akan bisa lebih baik. Bukan khawatir," tegasnya.
"Nah itu yang akan kami bangun, tradisi kita yang berkebudayaan sebagai bangsa timur, kuliner kita yang luar biasa, itu yang harusnya diangkat oleh pemimpin," ujar Hasto.
"Mengangkat harkat dan martabat rakyat yang paling miskin sekalipun. Sehingga mereka punya harapan bahwa di bawah kepemimpinan pak Jokowi, saya bisa lebih baik," sambungnya.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali mengungguli rivalnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Elektabilitas Jokowi mencapai 60,6 persen, sementara Prabowo 29,0 persen, sisanya 10,4 persen menyatakan tidak tahu.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, survei yang melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak ini digelar sebelum Prabowo menerima mandat capres dari Gerindra.
Dari hasil survei ini, kata Burhanuddin, tren elektabilitas Jokowi meningkat dibandingkan saat survei September 2017, yang berada di angka 58.9 persen. Sementara Prabowo, turun dari 31,3 persen.
Namun, "penurunan ini tidak signifikan karena masih dalam rentang margin of error," kata Burhanuddin. merdeka.com
loading...
Comments
Post a Comment