loading...
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan ( PPP) Romahurmuziy mengungkapkan asal muasal label komunis dan anti-Islam yang saat ini disematkan kepada Presiden Joko Widodo oleh lawan politiknya.
Romi, sapaannya, mengungkapkan dua label tersebut bermula sejak masa kampanye Pilpres 2014. Saat itu, Romi yang masih menjadi Sekjen PPP menjabat Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Saat itu, PPP masuk dalam Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo-Hatta.
"Saya katakan dan saya tegaskan bahwa urusan prokomunis itu adalah betul-betul sebuah fitnah dan hoaks. Mengapa? Karena ketika Pak Jokowi diusung jadi Wali Kota Solo dua periode, tidak pernah ada isu demikian," kata Romi dalam pidato pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama PPP di Hotel Patra, Semarang, Jumat (13/4/2018).
"Bahkan partai yang sama juga mengusung Pak Jokowi pada Pilgub 2012, tidak muncul isu demikian. Mengapa demikian pada tahun 2014 posisinya berhadapan tiba-tiba muncul isu komunis. Itu artinya ini adalah rekayasa," kata Romi lagi.
"Saya katakan dan saya tegaskan bahwa urusan prokomunis itu adalah betul-betul sebuah fitnah dan hoaks. Mengapa? Karena ketika Pak Jokowi diusung jadi Wali Kota Solo dua periode, tidak pernah ada isu demikian," kata Romi dalam pidato pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama PPP di Hotel Patra, Semarang, Jumat (13/4/2018).
"Bahkan partai yang sama juga mengusung Pak Jokowi pada Pilgub 2012, tidak muncul isu demikian. Mengapa demikian pada tahun 2014 posisinya berhadapan tiba-tiba muncul isu komunis. Itu artinya ini adalah rekayasa," kata Romi lagi.
Romi melanjutkan, saat berkunjung ke Palu, dia ditanyai oleh salah seorang ulama di sana ihwal kemunculan label komunis dan anti-islam kepada Jokowi.
"Termasuk dua hari yang lalu kami bertemu dengan Habib Saggaf, Ketua Ulama Ormas Al Khairat, berpusat di Indonesia Timur. (Habib Saggaf tanya) 'Dek ngana (kamu) adalah orang yang berada di jantung pemenangan waktu itu," ujar Romi menirukan ucapan Habib Saggaf.
Ia pun mengungkapkan saat itu di tim pemenangan Prabowo-Hatta terdapat banyak faksi, mulai dari yang resmi maupun tidak.
Kala itu, lanjut Romi, ada yang menyampaikan pikiran-pikiran produktif dan ada pula yang menyampaikan pikiran-pikiran provokatif untuk memenangkan Prabowo-Hatta.
"Di antara pemikiran provokatif yang muncul pada saat itu adalah bahwa Pak Jokowi adalah anak seorang tionghoa yang bernama Oey Hong Liong, dan dia adalah aktivis PKI. Itu dibuat, dibukukan, dibakukan ke dalam satu tabloid yang bernama Obor Rakyat," ungkap Romi.
Namun, Romi menyatakan mereka yang membuat Obor Rakyat bukan bagian dari tim pemenangan dan relawan resmi. Romi menyebut mereka sekadar pendukung Prabowo-Hatta.
Romi juga mengaku diminta untuk mengedit Tabloid Obor Rakyat edisi pertama. Saat membaca kontennya, Romi mengaku langsung menolak sebab berisikan fitnah.
"Saya mengatakan ini fitnah. Kalau nanti Prabowo enggak menang kita bakal dapat masalah. Kalau menang bisa jadi dengan kekuasaan bisa ditutup hukumnya. Tetapi kalau kalah bisa cilaka kita. Maka saya enggak mau melakukan koreksi," ujar Romi. kompas.com
"Termasuk dua hari yang lalu kami bertemu dengan Habib Saggaf, Ketua Ulama Ormas Al Khairat, berpusat di Indonesia Timur. (Habib Saggaf tanya) 'Dek ngana (kamu) adalah orang yang berada di jantung pemenangan waktu itu," ujar Romi menirukan ucapan Habib Saggaf.
Ia pun mengungkapkan saat itu di tim pemenangan Prabowo-Hatta terdapat banyak faksi, mulai dari yang resmi maupun tidak.
Kala itu, lanjut Romi, ada yang menyampaikan pikiran-pikiran produktif dan ada pula yang menyampaikan pikiran-pikiran provokatif untuk memenangkan Prabowo-Hatta.
"Di antara pemikiran provokatif yang muncul pada saat itu adalah bahwa Pak Jokowi adalah anak seorang tionghoa yang bernama Oey Hong Liong, dan dia adalah aktivis PKI. Itu dibuat, dibukukan, dibakukan ke dalam satu tabloid yang bernama Obor Rakyat," ungkap Romi.
Namun, Romi menyatakan mereka yang membuat Obor Rakyat bukan bagian dari tim pemenangan dan relawan resmi. Romi menyebut mereka sekadar pendukung Prabowo-Hatta.
Romi juga mengaku diminta untuk mengedit Tabloid Obor Rakyat edisi pertama. Saat membaca kontennya, Romi mengaku langsung menolak sebab berisikan fitnah.
"Saya mengatakan ini fitnah. Kalau nanti Prabowo enggak menang kita bakal dapat masalah. Kalau menang bisa jadi dengan kekuasaan bisa ditutup hukumnya. Tetapi kalau kalah bisa cilaka kita. Maka saya enggak mau melakukan koreksi," ujar Romi. kompas.com
loading...
Comments
Post a Comment