loading...
Di
tengah maraknya kartu kuning dan merah untuk Presiden Joko Widodo , pengamat
politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan,
mengatakan rapor Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat ini justru berwarna
biru. Rapor positif itu karena tingginya tingkat kepuasan publik akan kinerja
pemerintah Jokowi.
“Rapor
Jokowi warnanya biru karena tingkat kepuasan publik tinggi, yakni sekitar 70
persen,” kata Djayadi Hanan saat dihubungi Tempo, Jumat, 9 Februari 2018.
Tingkat kepuasan publik tinggi karena kondisi politik stabil, kondisi keamanan
sangat stabil, kondisi penegakan hukum positif, program bidang infrastruktur
berjalan, program pendidikan baik, dan program kesehatan baik, meski ada
masalah kesehatan di Asmat yang belakangan santer diberitakan.
Adapun
beberapa pekerjaan rumah Jokowi yang harus diselesaikan Jokowi, kata Djayadi,
yakni soal pertumbuhan ekonomi yang meski stabil tapi masih belum mencapai
target seperti yang dijanjikan saat kampanye. Dulu Jokowi berjanji pertumbuhan
ekonomi 7 persen. “Sampai sekarang masih di kisaran 5 persen,” kata Djayadi.
Masalah
ekonomi lainnya yang patut diselesaikan Jokowi adalah masih banyaknya
masyarakat yang mengeluhkan harga bahan pokok, pengangguran, dan juga
kemiskinan. “Jadi di bidang ekonomi nilainya masih di kisaran 5,5 (lima
setengah). Secara keseluruhan, dalam skala penilaian sepuluh maka rapornya
antara 6-7,” kata Djayadi.
Jokowi
mendapat “kartu kuning” dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Indonesia (BEM UI) Zaadit Taqwa. Zaadit meniup peluit dan mengacungkan map
kuning—ia menirukan gaya wasit memberikan kartu kuning dalam pertandingan sepak
bola—sesaat setelah Jokowi berpidato dalam Dies Natalis ke-68 UI di kampus tersebut
pada Jumat, 2 Februari 2018. Ia meminta pemerintah lekas mengatasi wabah campak
dan gizi buruk di Asmat.
Sehari
setelahnya, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah memberikan “kartu
merah” untuk Jokowi. Alasannya, agar pemerintah harus terus-menerus
mengevaluasi perjalanan Indonesia secara mendalam. Pemerintah harus merefleksi
dirinya. “Kita ini on the track atau tidak? Tidak usah tegang,” ujar Fahri
seusai pembukaan musyawarah nasional Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAKAMMI) di Hotel Royal, Kuningan, Sabtu, 3 Februari 2018.
SMRC
menilai kartu kuning dan kartu merah merupakan bentuk ekspresi sekelompok orang
yang memang tidak puas dengan kinerja Presiden atau memang bukan pemilih
Jokowi. “Mereka yang paling sulit diyakinkan oleh Jokowi.”
Beberapa
aspek kinerja Jokowi dinilai masih lemah seperti bidang ekonomi. “Ada alasan
kelompok yang tidak puas untuk fokus hanya memperhatikan titik lemah atau
kekurangan Jokowi ,” kata Djayadi. tempo.co
loading...
Comments
Post a Comment