loading...
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Sumatera Barat pada 7-9 Februari 2018 berlangsung meriah. Gaya sederhana Jokowi, mulai menginap di hotel murah, membagikan berbagai program bantuan pemerintah, hingga meninjau program pemberdayaan masyarakat, mendapat respons antusias masyarakat.
Sampai-sampai rombongan mobil Presiden berhenti hingga lebih dari sepuluh kali saat perjalanan menuju Kabupaten Solok dari Dharmasraya untuk menyapa langsung masyarakat. Pengamat politik meyakini kunjungan kali ini memiliki makna politik besar. Jokowi ingin merebut simpati masyarakat di Sumatera Barat.
"Kunjungan ini ada perspektif politiknya juga, tentu berpengaruh pada elektabilitas. Sudah terbukti positif dalam kunjungan-kunjungan sebelumnya, misal saja Indonesia timur dan Jawa Barat," ungkap Direktur Populi Center Usep S Ahyar kepada detikcom, Jumat (9/2/2018).
Ia menyebut Sumbar bersama Nusa Tenggara Barat dan Jawa Barat merupakan zona merah bagi Jokowi. Data Pemilu 2014 menunjukkan provinsi ini menjadi titik kemenangan terbesar pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Perolehan suara mereka mencapai 1,8 juta atau 76,92 persen, sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla hanya meraup 23,08 persen atau 540 ribu suara saja.
Usep menebar survei elektabilitas ke 1.200 responden pada rentang 19-26 Oktober 2017. Jokowi berada urutan teratas, yakni 49,4 persen, disusul oleh Prabowo dengan angka 21,7 persen. Tokoh lain yang disorot berada jauh di bawah angka 5 persen.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Hary Tanoesoedibjo, Anies Baswedan, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Wiranto, dan Ridwan Kamil.
Usep mengaku persebaran survei tersebut tidak terfokus di provinsi tertentu. Tapi data itu menunjukkan perseteruan elektabilitas masih berkutat pada figur Jokowi dan Prabowo. Artinya, zona merah pada 2014 menjadi perhatian Jokowi.
"Kinerja Presiden kan berbanding lurus dengan elektabilitas. Tentu dengan kunjungan meriah semacam ini menunjukkan kinerja Presiden yang bagus," jelas dia.
Survei lain juga dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dengan 1.200 responden pada 7-14 Januari 2018. Hasilnya tak jauh beda, elektabilitas Jokowi berada di 48,5 persen. Sisanya tersebar pada tokoh lain, seperti Prabowo, Agus Harimurti Yudhoyono, Gatot Nurmantyo, dan lainnya.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, mengungkap gaya politik Jokowi menyapa masyarakat Sumbar mencoba menembus ikatan sejarah Prabowo dan sentimen agama. Ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, memiliki ikatan erat dengan sejarah pemberontakan PRRI di Sumbar. Ia sempat diburu oleh Presiden Sukarno.
Kedua, keagamaan Sumbar lebih dekat ke Masyumi, sehingga pendekatan terhadap masyarakat tidak sama dengan wilayah lain. Ditambah lagi, kepemimpinan Sumbar saat ini dikuasai oleh PKS melalui Gubernur Irwan Prayitno.
Data KPU pada Pemilihan Presiden 2009, pasangan SBY-Boediono meraup kemenangan telak dengan 1,8 juta suara di Sumbar. Sedangkan perolehan suara dua pasangan lain jeblok: Jusuf Kalla-Wiranto meraih suara 324.336 dan Megawati-Hasyim Muzadi cuma meraih suara 134.662.
"Jadi waktu itu kan ada Gamawan Fauzi, mantan Gubernur Sumbar yang jadi Menteri Dalam Negeri era SBY, itu sangat mempengaruhi perspektif. Selain itu, ya soal isu agama," ungkapnya.
Arbi menilai langkah Jokowi menunjukkan keberhasilan dan kedekatan dengan masyarakat bakal bisa mengambil hati pemilih di Sumatera Barat. Program tersebut tidak eksklusif, tetapi langsung ke masyarakat seperti pada Program Padat Karya Cash. detik.com
loading...
Comments
Post a Comment