loading...
Sejumlah
prestasi telah diukir Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Kesuksesan
itu tak hanya diakui dalam kancah nasional, dunia internasional juga memberikan
sejumlah penghargaan.
Dalam tingkat nasional, deretan penghargaan telah disabet mantan
Bupati Belitung tersebut. Penghargaan itu diberikan dari beragam instansi,
mulai dari KPK, Bappenas dan LKPP, hingga PT Telkom Indonesia.
Tak hanya nasional, prestasi Ahok juga disorot dunia. Penghargaan teranyar datang dari hasil pilihan majalah Foreign Policy. Dalam daftarnya, nama mantan Gubernur DKI Jakarta masuk dalam Global reThinkers 2017 yang berisi para pemimpin terkemuka dan intelektual dunia.
Prestasi tersebut tak hanya kali ini saja diraih. Ahok sebelumnya juga pernah menerima penghargaan lain yang juga berasal dari luar negeri. Apa saja? Berikut ulasannya.
1. Bangun Ketahanan Kota
Berkat usaha Ahok dalam membangun ketahanan kota, Jakarta
menjadi salah satu finalis dari kota-kota dunia yang diajak bergabung dalam
jaringan 100 Resilient Cities atau 100 RC. Kota-kota itu nantinya akan
bergabung dengan komunitas global.
100 RC merupakan sebuah program yang
dipelopori The Rockefeller Foundation yang bercita-cita membantu kota di
seluruh dunia dalam meningkatkan ketahanan dalam menghadapi tantangan sosial,
ekonomi, dan fisik.
Hal tersebut disampaikan Deputi
Gubernur DKI Jakarta bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Oswar Mungkasa
dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 Mei 2016.
Manfaat yang bisa diraih dari program
itu, Jakarta diberikan kemudahan dalam mengakses beragam fasilitas. Di
antaranya berupa perangkat, pendanaan, sumbangan keahlian teknis dan berbagai
sumber daya lainnya. Semua itu dimaksudkan untuk membangun ketahanan kota dalam
menghadapi tantangan era abad ke-21.
Saat ini, separuh dari pupulasi
manusia mendiami daerah perkotaan. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat
menjadi 70 persen pada 2050.
Akibatnya, permasalahan kota akan
semakin kompleks, terutama saat menghadapi pertumbuhan populasi yang semakin
pesat. Selain itu, bencana alam juga akan mengintai akibat ulah mereka sendiri.
2. Dipuji New York Times
Prestasi Ahok lainnya juga mendapat sorotan dari media
ternama AS, New York Times. Dalam koran terbesar di AS itu, cerita
tentang Ahok ditulis pada halaman A10 dengan judul "Run by Jakarta
Governor Up ends Indonesia’s Party Politics".
Dalam laporan New York Times yang
diterbitkan pada 5 Juni 2016, dijelaskan, sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta
pada 2014, Ahok telah menunjukkan taring pada birokrat yang tak kompeten dan
melakukan penyimpangan anggaran.
Namun kini, target barunya adalah
mengguncang sistem politik oligarki yang sudah berakar di Indonesia. New
York Times menyebut Ahok sebagai "orang luar" dalam politik
sebab dia berasal dari kelompok minoritas. Ahok beretnis Tionghoa dan beragama
Kristen di tengah-tengah penduduk Jakarta yang mayoritas beragama Islam.
Ahok dengan pilihannya melalui jalur
independen untuk maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 telah mengguncang sistem
politik Indonesia.
Sejak Indonesia mulai menerapkan
sistem pemilihan umum yang bebas pada akhir tahun 1990, calon independen sudah
dipastikan kalah. Namun, kali ini Ahok justru mendapat banyak dukungan.
Padahal 10 partai di parlemen dikuasi
oleh dinasti politik, mantan jenderal, dan taipan bisnis yang membiayai mereka.
Sementara sisanya adalah kelompok berbasis Islam yang ideologi politiknya bisa
berubah tergantung pada koalisi partai.
Koran dengan oplah terbesar di AS itu
kemudian mengutip Charlotte Setijadi, periset di program Ilmu Indonesia di
Institut Studi Asia Tenggara-Yusof Ishak yang berbasis di Singapura: "Ahok
menjadi alternatif bagi warga yang sudah muak dengan sistem politik di
Indonesia".
"Saya pikir ini adalah gambaran
yang bisa menolongnya dalam pemilihan gubernur," ucap Charlotte.
Dalam laporan New York Times dikatakan
Ahok memilih jalur independen karena tak ingin memiliki nasib yang sama seperti
Presiden Jokowi. Sebab, meskipun menjadi presiden, Jokowi hanya "petugas
partai" dan kebijakannya kerap "disembelih" oleh partai
pendukungnya sendiri, yaitu PDIP.
3. Masuk Daftar Global reThinkers 2017
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok masuk dalam daftar Global reThinkers 2017.
Nama-nama yang masuk dalam daftar
Global reThinkers 2017 tersebut adalah para pemimpin terkemuka dan intelektual
dunia hasil pilihan majalah Foreign Policy dari Amerika
Serikat.
"Tahun ini, Foreign
Policy dengan bangga mempersembahkan Global reThinkers -- para legislator,
teknokrat, komedian, advokat, pengusaha, pembuat film, presiden, provokator,
tahanan politik, periset, ahli strategi, dan visioner -- yang secara
bersama-sama menemukan cara yang luar biasa, tak hanya untuk memikirkan kembali
dunia kita yang baru dan aneh ini, tapi juga membentuknya kembali. Mereka
adalah orang-orang yang bertindak, yang mendefinisikan 2017," demikian
dikutip dari situs Foreign.
Selain Ahok sejumlah nama besar dunia
masuk dalam daftar. Ada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Prancis
Emmanuel Macron, Presiden Gambia Adama Barrow, juga Dubes AS untuk PBB, Nikki
Haley.
Ada pula dalam daftar mantan tangan
kanan Donald Trump, Steve Bannon; prajurit transgender yang membocorkan rahasia
AS, Chelsea Manning; seniman Ai Wei Wei; juga Leila de Lima, senator Filipina
yang menjadi pengkritik terdepan Presiden Rodrigo Duterte.
"Untuk tetap berdiri di tengah
fundamentalisme yang sedang bertumbuh di Indonesia," demikian alasan Foreign
Policy memilih Ahok.
Dalam narasinya, associate editor di
Foreign Policy, Benjamin Soloway menyebut, saat terjun ke dunia politik di
Jakarta pada 2012, Ahok tak sesuai dengan profil politikus pada umumnya.
"Ia bermulut tajam, keturunan
Tionghoa, dan seorang Protestan di negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar
di dunia," kata Soloway.
Pada awalnya, dia menambahkan, latar
belakang Ahok tak menjadi masalah. Namun, situasi berbalik pada 2017.
Gara-gara sebuah pidatonya, Ahok
dinyatakan bersalah dalam kasus penistaan agama, kalah dalam pilkada, dan
akhirnya dipenjara. Liputan6.com
loading...
Comments
Post a Comment