loading...
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj baru saja mengakhiri makan
siangnya bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Menurut Said,
sapaan akrab Said Aqil Siradj, makan siang kali ini karena undangan
Jokowi.
"Baru kali ini saya makan siang di Istana setelah (makan siang) dengan
Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid atau Gusdur," ujar Said di
Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/1).
Selama makan siang yang berlangsung kurang lebih satu jam, Said mengaku membahas pelbagai persoalan bangsa dengan Jokowi. Hal yang paling disoroti yakni menguatnya Islam radikal.
"Indikasi fenomena menguatnya Islam radikal itu menjadi agenda kita bersama, bagaimana memperkuat kembali dan harus terus memperkuat islam moderat harus dibangun kembali dan diperkuat," kata dia.
Selama makan siang yang berlangsung kurang lebih satu jam, Said mengaku membahas pelbagai persoalan bangsa dengan Jokowi. Hal yang paling disoroti yakni menguatnya Islam radikal.
"Indikasi fenomena menguatnya Islam radikal itu menjadi agenda kita bersama, bagaimana memperkuat kembali dan harus terus memperkuat islam moderat harus dibangun kembali dan diperkuat," kata dia.
Baca: JOKOWI: Saatnya Kurs RUPIAH Beralih dari DOLAR ke RENMIBI...
Said menuturkan, Indonesia sebetulnya salah satu negara Islam terbesar di dunia yang patut menjadi kiblat bagi negara-negara Islam lain. Hal itu dikarenakan umat Islam Indonesia dikenal sebagai Umat Islam moderat dan toleran.
"Tapi akhir-akhir belakangan ini agak mulai mengendor atau gejala intoleransi mulai menguat. Nah bagaimana kita upaya agar intoleran bisa kita atasi, kemudian kembali lagi Indonesia yan toleran, Indonesia yang damai, yang beradab, bermartabat, Islam culture bukannya Islam doktrin. Islam ramah itu yang paling banyak bicara itu," paparnya.
Said menambahkan, Indonesia kini terkontaminasi dengan gerakan ISIS. Hal itu disebabkan umat Islam di tanah air menyambut baik gerakan-gerakan radikal tersebut.
Untuk mengembalikan umat Islam Indonesia ke kondisi semula, para kiai Nahdlatul Ulama (NU) akan terus memberi bimbingan dan penyuluhan.
"Yang jangka pendek, kiai NU harus digalakkan dalam membimbing masyrakat, menjadi penyuluh, pembimbing, guru, jangka pendek lah. Jangka panjang ya kurikulum dong," pungkasnya.
Said menuturkan, Indonesia sebetulnya salah satu negara Islam terbesar di dunia yang patut menjadi kiblat bagi negara-negara Islam lain. Hal itu dikarenakan umat Islam Indonesia dikenal sebagai Umat Islam moderat dan toleran.
"Tapi akhir-akhir belakangan ini agak mulai mengendor atau gejala intoleransi mulai menguat. Nah bagaimana kita upaya agar intoleran bisa kita atasi, kemudian kembali lagi Indonesia yan toleran, Indonesia yang damai, yang beradab, bermartabat, Islam culture bukannya Islam doktrin. Islam ramah itu yang paling banyak bicara itu," paparnya.
Said menambahkan, Indonesia kini terkontaminasi dengan gerakan ISIS. Hal itu disebabkan umat Islam di tanah air menyambut baik gerakan-gerakan radikal tersebut.
Untuk mengembalikan umat Islam Indonesia ke kondisi semula, para kiai Nahdlatul Ulama (NU) akan terus memberi bimbingan dan penyuluhan.
"Yang jangka pendek, kiai NU harus digalakkan dalam membimbing masyrakat, menjadi penyuluh, pembimbing, guru, jangka pendek lah. Jangka panjang ya kurikulum dong," pungkasnya.
loading...
Comments
Post a Comment