loading...

Video NAWACITA JOKOWI

NASDEM Deklarasi JOKOWI Presiden 2019-2024

Pesan Jokowi Untuk Relawan Projo Hadapi Tahun Politik

Dunia Akui Kinerja AHOK

PRESIDEN JOKOWI Jadi Imam Shalat PRESIDEN AFGHANISTAN

Video TUHAN TIDAK TIDUR Untuk AHOK

loading...

JOKOWI, WIDJI THUKUL, Dan Undangan Memoar Sang Penyair

loading...

Jajaran kerabat dan kolega Widji Thukul hingga kini masih terus berjuang menguak keberadaan sang penyair yang tak lagi diketahui rimbanya jelang keruntuhan era Orde Baru, Juli 1998.

Perjuangan para kerabat kali ini disuarakan melalui film berjudul Istirahatlah Kata-Kata. Film itu dibuat untuk mengenang kembali kisah Widji Thukul dalam menghindari represi apartus rezim Orde Baru pascaperistiwa 27 Juli 1996.

Untuk lebih memperkuat gaung suara keluarga dan rekan guna menguak keberadaan Thukul, pihak keluarga pun mengajak Presiden Joko Widodo menonton film yang rencananya ditayangkan serentak di 8 kota mulai 19 Januari 2017 mendatang.

Pihak keluarga dan sahabat berencana mendatangi Istana Merdeka pada 10 Januari 2017 untuk menyampaikan langsung undangannya kepada presiden.

"Kami berharap Presiden Jokowi menonton film ini, apalagi Presiden memang pengagum karya-karya bapak," kata putri Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani di Jakarta, Minggu (8/1).



Jokowi memang penggemar puisi Wiji Thukul. Menurut Wahyu Susilo, adik Thukul, puisi karya Thukul yang menjadi favorit Jokowi adalah puisi berjudul "Peringatan".

"Itu pengakuan beliau ketika bertemu saya pada April 2014 lalu, " ujar Wahyu, yang kini aktif sebagai advokat buruh migran tersebut.

Jokowi disebut memiliki kedekatan dengan keluarga Wiji Thukul. Kedekatan itu sudah terbangun sejak Jokowi menjabat Wali Kota Solo. Jokowi adalah pejabat publik pertama yang mendatangi Sipon, istri Wiji Thukul, tatkala memimpin kota Solo.

Jokowi juga beberapa kali bertemu dengan Wani, antara lain ketika kampanye Pilpres 2014 dan Hari HAM sedunia pada pada tahun yang sama.

"Beliau juga datang ke pernikahan saya ketika masih jadi Wali Kota Solo. Jadi semoga beliau mengerti suara hati kami, dan kami percaya beliau orang baik," kata Wani.


Pengingat Perjuangan Melawan Ketakutan

Film Istirahatlah Kata-Kata mengulas sisi humanis seorang Thukul ketika harus melarikan diri ke Pontianak untuk menghindari kejaran aparat saat buron pasca peristiwa 27 Juli 1996.

Yosep Anggi Noen selaku sutradara film menjadikan periode pasca peristiwa serangan ke kantor Partai Demokrasi Indonesia pendukung Megawati Soekarnoputri itu sebagai awal mula cerita film.

"Karena pasca 27 Juli itulah Thukul dan kawan-kawan dinyatakan buron oleh pihak otoritas," kata Yosep.

Yosep mengatakan periode itu menarik karena Thukul tak pernah jadi tersangka. Dia disebut hanya berperan sebagai aktivis yang memperjuangkan demokrasi dan dinyatakan buron akibat fitnah penguasa.

"Periode ini juga paling emosional karena Thukul harus berpisah dengan istri dan anak-anaknya. Dia harus melawan ketakutan untuk terus melawan Orde Baru, "kata Yosep.

Baca: Tagar #KitaIndonesia Jadi Trending Topic di Twitter

Sementara itu Wilson Obriogados, aktivis rekan Wiji Thukul mengatakan film ini penting sebagai jembatan antara generasi lalu dan generasi masa kini. Terbukti, kata dia, film ini dibuat oleh generasi di bawah Wiji Thukul.

Hal itu diamini oleh Nezar Patria, aktivis yg juga rekan Wiji Thukul. Film itu disebut menarik karena dibuat oleh generasi pasca 1998 yang tidak melihat langsung perjuangan Thukul.

Nezar memandang adalah suatu kemajuan yang menggembirakan ketika generasi pasca 1998  membuat film berlatar belakang peristiwa 1998. Karena memang film yang berlatar belakang peristiwa itu saat ini tak banyak.

"Bila dibandingkan dengan periode sejarah lain seperti 1965, film berlatar 1998 masih sedikit. Maka saya gembira ketika teman-teman mengangkat peristiwa 1998 ke film ini untuk di konsumsi publik, " ujar aktivis yang kini menjadi pegiat pers tersebut.

Film Istirahatlah Kata-Kata sudah meraih penghargaan nasional maupun internasional. Film Terbaik Majalah Tempo 2016 dan Piala Dewantara dalam Apresiasi Film Indonesia adalah beberapa penghargaan di tingkat nasional yang berhasil diraih film ini.

Baca: Parade Kita Indonesia, Warga Bali Datang Peragakan Kesenian

Di tingkat internasional film ini berhasil meraih penghargaan di beberapa festival, antara lain Festival de Film Locarno Swiss dan Internasional Film Festival Rotterdam, Belanda.

Widji Thukul merupakan salah satu dari aktivis tersebut. Dia dikenal juga sebagai penyair yang kerap menyuarakan ketertindasan lewat puisi dan kata-katanya. Pria kelahiran 26 Agustus 1963 itu juga aktif 'menggedor-gedor' Orde Baru untuk membuka keran demokrasi.

Namun, selepas peristiwa pada 27 Juli 1996, di mana terjadi kerusuhan di sekitar perebutan kantor PDIP di jalan Diponegoro, ia disebut sebagai salah satu pemicunya dan ditetapkan sebagai tersangka.

Thukul masuk dalam daftar 14 aktivis yang disebut sebagai pemicu kericuhan itu. Dia lantas melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan dan berpindah-pindah. Hingga kini, Thukul tak pernah ditemukan keberadaannya. Banyak rumor yang berkembang bahwa ia diculik dan kemudian meninggal dibunuh, tapi hingga kini jasadnya pun tak jua diketahui kalau benar telah mati.


loading...

Comments