loading...
Tak ketinggalan di belakangnya Joko Widodo, yang selalu menguntit ke mana pun Bandi bermain. Bandi lebih tua 7 tahun ketimbang Joko. Keduanya lantas mandi di sungai yang dulu jernih airnya itu.
Setelah berenang dengan gedebok pisang, biasanya dua karib ini membuntuti sekawanan bebek yang hendak pulang kandang. Bila beruntung, mereka mendapatkan telur yang ditinggalkan bebek-bebek itu di sungai.
“Bebek itu dulu kan liar, dilepasin dari kandang, sore pulang. Ya, namanya anak kecil, ada telur, ya, diambil, ha-ha-ha…,” ucap Bandi saat mengenang masa kecil Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersama dirinya itu kepada detikX, Jumat, 6 Januari, di Solo.
Kali Pepe
" Dia senang mencari burung sewaktu SMA pakai katapel, sering mandi, dan mencari ikan di sungai.”
“Coba saja suruh naikin layangan, pasti enggak bisa. Taruhan sama saya,” ujar Bandi.
Jokowi, ujarnya, merupakan pribadi pendiam saat masih kecil. Jokowi tidak suka membaur bila ada kerumunan orang. Ia memilih pulang ke rumah dan istirahat.
“Jadi dia (Jokowi) itu tidak senang sama suara bising. ‘Wah, ramai nih,’ lalu masuk rumah,” tutur Bandi.
Cerita persahabatan Bandi dan Jokowi bermula ketika Wijiatno Notomiharjo-Sujiatmi, ayah dan ibu kandung Jokowi, pindah ke Kampung Cinderejo Lor, Kelurahan Gilingan, pada 1962. Waktu itu Jokowi baru berumur 1 tahun.
Sebelumnya, keluarga Jokowi tinggal di Srambatan, Banjarsari. Tempat tinggal kedua Jokowi dan Bandi kebetulan gandeng, sehingga hubungan di antara kedua keluarga itu seperti saudara.
Bahkan bila pembantu Jokowi, Mukiyem atau Mbok Yem, berhalangan menjemput ke sekolah, Tarti-lah yang menjemputnya. Pada 2014 bibi Bandi ini bercerita, dulu ia juga sering mengantarkan Jokowi ke rumah pamannya di Gondangrejo, Karanganyar.
Biasanya itu terjadi setelah Jokowi menangis ditinggal oleh bapak-ibunya di rumah. “Saat Mas Jokowi menangis , saya yang memboncengkannya ke rumah pakdenya di Gondang,” kata Tarti.
Sayang, ketika terjadi penggusuran Kampung Cinderejo Lor pada 1970, mereka berpisah. Bandi pindah ke seberang kali, yang menjadi tempat relokasi warga gusuran, sedangkan Jokowi ke rumah baru di Manahan.
Jokowi yang pendiam saat masih kecil juga dituturkan Mbok Yem, yang mengasuh mantan Gubernur DKI Jakarta itu dari belajar merangkak hingga sekolah taman kanak-kanak.
“Sering dikasih kaleng sendok pasir, anteng. Main saja begitu. Manut banget. Enggak pernah nakal dan enggak rewel sama sekali,” katanya ketika ditemui detikX rumahnya, Dukuh Demen, Desa Jeron, Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.
Di sekolah TK yang terletak di belakang kantor radio RRI Solo itu, Jokowi gemar jajan sate lontong dan air legen. Namun kadang Jokowi hanya membelinya saja tanpa dimakan.
“Dia itu susah makan. Beli saja, tidak dimakan,” cerita Mbok Yem.
Jokowi dalam buku Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta karya Alberthiene Endah juga mengungkap keisengannya dengan pedagang. Suatu hari ia memanggil seorang pedagang tanpa tahu pedagang apa.
Ternyata pedagang itu berjualan arang keliling. “Telanjur dipanggil, ya, terpaksa Ibu membayar arang-arang itu. Padahal saya tidak butuh,” kata Jokowi.
Untuk mengisi waktu libur sekolah, Jokowi juga sering ke rumah kakek dan neneknya di Desa Kragan, Gondangrejo. Sang kakek, Lamidi Wiryo Miharjo, menjadi kepala desa selama puluhan tahun di desa itu.
Selepas dari TK, Jokowi bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Tirtoyoso 111, Banjarsari. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 1 pada 1970 dan SMA 6 pada tahun 1973. Semuanya di Solo.
Sama dengan di Kali Pepe, Jokowi sering menghabiskan waktu di sungai kalau berkunjung ke Kragan. Kragan adalah sebuah desa yang terletak di pinggir sungai terbesar di Pulau Jawa, Bengawan Solo.
Baca: Presiden Jokowi Dinobatkan Jadi Pendekar Pencak Silat
Di sana, ia juga punya teman setia bermain, yang tak lain adalah pamannya sendiri, Heru Purnomo. Keduanya memang seperti teman sebaya, karena Heru hanya terpaut tiga tahun lebih tua.
Bila berkunjung ke Kragan, Jokowi, yang sudah menginjak dewasa, naik sepeda motor butut. “Dia senang mencari burung sewaktu SMA pakai katapel, sering mandi, dan mencari ikan di sungai,” kata Heru kepada detikX di Kragan.
Berbeda dengan ayahnya yang menggemari keroncong, Jokowi remaja sangat suka dengan grup band legendaris, Koes Plus. Ia selalu menikmati lagu-lagu Koes Plus di dalam kamar. Ia juga suka musik rock. "Kalau terdengar lagu Koes Plus, berarti itu Pak Joko," ujar pembantu Jokowi, Sri.
Semasa kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jokowi bergabung dalam mahasiswa pencinta alam tingkat fakultas, yakni Silvagama. Saat itu Jokowi, yang membiarkan rambutnya gondrong, mendaki Gunung Kerinci di Jambi pada 1983.
Baca; Polri Akan Buka Data DONATUR Makar, Asal...
Ketika menjadi pejabat tinggi, Jokowi gemar menapak tilas ke semua
kampung yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu. Ia juga rajin
menyapa teman-teman sepermainannya waktu kecil.
Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang menjemput tamu di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari Jakarta. Jokowi pun menyapanya.
“Waktu itu dia masih Gubernur DKI. ‘Lo, Pakde, kok di sini?’ Dia merangkul saya. Orang-orang pada heran. Dia ngomong, ‘Bagaimana kabarnya? Sehat apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang Jawa,” kata Bandi.
Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang menjemput tamu di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari Jakarta. Jokowi pun menyapanya.
“Waktu itu dia masih Gubernur DKI. ‘Lo, Pakde, kok di sini?’ Dia merangkul saya. Orang-orang pada heran. Dia ngomong, ‘Bagaimana kabarnya? Sehat apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang Jawa,” kata Bandi.
Detik.com
loading...
Comments
Post a Comment