loading...

Video NAWACITA JOKOWI

NASDEM Deklarasi JOKOWI Presiden 2019-2024

Pesan Jokowi Untuk Relawan Projo Hadapi Tahun Politik

Dunia Akui Kinerja AHOK

PRESIDEN JOKOWI Jadi Imam Shalat PRESIDEN AFGHANISTAN

Video TUHAN TIDAK TIDUR Untuk AHOK

loading...

Jelang DEMO 2 DESEMBER, POLISI Kereta Api RAZIA Bawaan Penumpang

loading...

Petugas PT Kereta Api menyita sebuah tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram dan sepucuk gunting dari penumpang kereta di Stasiun Kota Baru Malang, Rabu, 30 November 2016. Barang-barang tersebut disita  saat petugas polisi khusus kereta api memeriksa calon penumpang. "Disita dari penumpang kereta Jayabaya jurusan Pasar Senen, Jakarta," kata petugas polisi khusus kereta api, Subani. 


Tabung gas elpiji dan gunting disita dan disimpan di ruangan pengamanan stasiun. Barang tersebut disita, tetapi bisa diambil sewaktu-waktu oleh yang bersangkutan. Adapun pemiliknya tetap diizinkan melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.

Subani menduga penumpang tersebut akan mengikuti aksi bela Islam jilid III di Jakarta. Sejauh ini, tak ada penjelasan untuk apa tabung gas elpiji dan gunting dibawa ke Jakarta.

Sementara itu Gerakan Aswaja Malang (Gamal)  memberangkatkan para peserta aksi ke Jakarta. Mereka menumpang 10 bus dan sejumlah minibus. "Rabu pagi berangkat ke Jakarta," kata juru bicara Gamal, Hisa Al Ayubi Solahuddin.

Baca:  Ahok Mulai Gunakan Salam Dua Jari di Media Sosial


Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Muhammad Fauzan menilai  Aksi Bela Islam merupakan sebuah anomali dari aksi yang terjadi selama ini. Sejumlah aksi massa seperti Malari, Tritura dan Reformasi digerakkan karena krisis ekonomi dan ketidakpercayaan kepada pemimpin digerakkan oleh mahasiswa. "Kali ini eksponen mahasiswa hanya simpatisan, bukan penggerak atau aktor," ujarnya.

Dia menilai Aksi Bela Islam merupakan aksi massa besar paska-reformasi akibat krisis kepemimpinan bangsa. Rakyat, katanya, mudah digerakkan oleh para pemimpin opini (opinion leaders) dibandingkan pemimpin formal. Kepercayaan rakyat terhadap pemimpinnya merosot.

Menurut Fauzan, bagi umat Islam, pemimpin tak hanya dilihat dalam kemampuan manajerial dan pengambilan keputusan, tetapi juga berkaitan dengan perilaku dan sikap yang diteladani. Tak ada pemimpin ideal membuat rakyat kecewa. “Tugas pemerintah mengelola kekecewaan menjadi harapan," ujarnya. 


Tempo.co
loading...

Comments