loading...
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menilai
Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak tulus meminta maaf
telah mengutip Surat Al Maidah Ayat 51 secara sembarangan. Namun Yusril
mengatakan masih ada waktu untuk menunggu maaf Ahok versi tulus.
"Masih ada waktu bagi dirinya untuk meminta maaf dengan tulus kepada umat Islam dengan cara mengakui kesalahan atas ucapannya terkait dengan Al-Qur'an Surah Al Maidah ayat 51. Ahok harus berjanji akan mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh agar dapat memahami pikiran dan perasaan umat Islam, karena dia hidup di tengah-tengah mayoritas umat Islam di negara ini," kata Yusril dalam keterangannya, Selasa (1/11/2016).
Yusril menjelaskan, Islam adalah agama yang membawa kasih bagi alam semesta. Islam juga agama besar yang punya sejarah berabad-abad lamanya. Tentu kalimat Ahok tak akan berpengaruh terhadap kebesaran Islam.
"Islam yang besar ini takkan goyah hanya karena nistaan yang dianggap dilakukan seorang Ahok. Ahok terlalu kecil untuk merendahkan kebesaran Islam," kata Yusril.
Maka bila Ahok secara tulus meminta maaf, sudah barang tentu Umat Islam memaafkan pula. Namun demikian, proses hukum di Badan Reserse Kriminal Polri harus tetap ditegakkan, memproses kasus dugaan pensitaan agama dan sejauh ini Ahok berposisi sebagai terlapor.
"Akhirnya hukum memang harus ditegakkan. Tetapi jika Ahok memohon maaf dengan tulus, umat Islam, pada hemat saya, tentu akan membukakan pintu maaf. Bukankah Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kita manusia hendaknya akan membuka pintu maaf kepada siapa saja yang memintanya dengan tulus," kata Yusril.
Selama ini, Ahok dinilai meminta maaf hanya sekadar untuk menghindari kegaduhan belaka. Padahal maaf yang tulus perlu dilatarbelakangi keinsyafan bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Permintaan maaf seperti yang dilakukan Ahok justru malah membuat jengkel masyarakat.
"Ahok memang sudah minta maaf. Tapi dengan gaya bahasa Ahok yang khas, permohonan maafnya dinilai kurang tulus. Ahok tidak merasa bersalah, apalagi menyesal atas ucapannya. Seperti dikatakannya, Ahok minta maaf karena ucapannya menimbulkan kegaduhan, bukan mengaku salah dan menyesal atas ucapannya. Permintaan maaf seperti itu tidak meredakan kejengkelan. Eskalasi kejengkelan malah makin besar," tutur Yusril.
Sebelumnya, Ahok memang sudah menyatakan permintaan maafnya. Dia menyampaikan di Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (10/10) lampau.
"Makanya saya minta maaf untuk kegaduhan ini, jangan sampai saya pikir komentar ini jangan diteruskan lagi, ini tentu mengganggu keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Ahok saat itu.
"Masih ada waktu bagi dirinya untuk meminta maaf dengan tulus kepada umat Islam dengan cara mengakui kesalahan atas ucapannya terkait dengan Al-Qur'an Surah Al Maidah ayat 51. Ahok harus berjanji akan mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh agar dapat memahami pikiran dan perasaan umat Islam, karena dia hidup di tengah-tengah mayoritas umat Islam di negara ini," kata Yusril dalam keterangannya, Selasa (1/11/2016).
Yusril menjelaskan, Islam adalah agama yang membawa kasih bagi alam semesta. Islam juga agama besar yang punya sejarah berabad-abad lamanya. Tentu kalimat Ahok tak akan berpengaruh terhadap kebesaran Islam.
"Islam yang besar ini takkan goyah hanya karena nistaan yang dianggap dilakukan seorang Ahok. Ahok terlalu kecil untuk merendahkan kebesaran Islam," kata Yusril.
Maka bila Ahok secara tulus meminta maaf, sudah barang tentu Umat Islam memaafkan pula. Namun demikian, proses hukum di Badan Reserse Kriminal Polri harus tetap ditegakkan, memproses kasus dugaan pensitaan agama dan sejauh ini Ahok berposisi sebagai terlapor.
"Akhirnya hukum memang harus ditegakkan. Tetapi jika Ahok memohon maaf dengan tulus, umat Islam, pada hemat saya, tentu akan membukakan pintu maaf. Bukankah Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kita manusia hendaknya akan membuka pintu maaf kepada siapa saja yang memintanya dengan tulus," kata Yusril.
Selama ini, Ahok dinilai meminta maaf hanya sekadar untuk menghindari kegaduhan belaka. Padahal maaf yang tulus perlu dilatarbelakangi keinsyafan bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Permintaan maaf seperti yang dilakukan Ahok justru malah membuat jengkel masyarakat.
"Ahok memang sudah minta maaf. Tapi dengan gaya bahasa Ahok yang khas, permohonan maafnya dinilai kurang tulus. Ahok tidak merasa bersalah, apalagi menyesal atas ucapannya. Seperti dikatakannya, Ahok minta maaf karena ucapannya menimbulkan kegaduhan, bukan mengaku salah dan menyesal atas ucapannya. Permintaan maaf seperti itu tidak meredakan kejengkelan. Eskalasi kejengkelan malah makin besar," tutur Yusril.
Sebelumnya, Ahok memang sudah menyatakan permintaan maafnya. Dia menyampaikan di Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (10/10) lampau.
"Makanya saya minta maaf untuk kegaduhan ini, jangan sampai saya pikir komentar ini jangan diteruskan lagi, ini tentu mengganggu keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Ahok saat itu.
loading...
Comments
Post a Comment