loading...
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI pada tahun 2019 kini menunggu sekitar dua tahun lebih lagi.
Joko Widodo (55) baru dua tahun lebih menjabat untuk periode pertama
dan kemungkinan besar dia akan bertarung lagi pada tahun 2019 untuk
periode kedua.Guna menduduki kursi "RI 1" pada tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut harus menumbangkan rivalnya, Prabowo Subianto (65).
Bersama dengan Jusuf Kalla (74), calon Wakil Presiden RI, saat itu, Jokowi meraih 70.997.85 suara (53,15 persen), sedangkan Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa (62) hanya meraih 62.576.444 suara (46,85 persen).
Selisih suara mereka 8.421.389.
Pasca Presiden dan Wakil Presiden RI, polarisasi antara pendukung masing-masing pasangan calon, terpilih dan kalah (tak terpilih) terasa semakin kuat.
Walau Prabowo dan Hatta mengaku menerima kekalahan itu secara lapang dada, namun tak demikian dengan pendukung pada level bawah.
Hingga kini, kelompok yang tak terima kekalahan itu mendesak Jokowi segera mengakhiri jabatannya serta tak puas atas kepemimpinan yang baru berjalan dua tahun lebih.
Mereka kemudian mendorong Prabowo kembali mencalonkan diri jika Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI digelar pada tahun 2019.
Lantas, apakah Ketua Umum Partai Gerindra itu mau mencalonkan diri lagi pada Pemilihan Presiden RI selanjutnya?
"Saya selalu mengatakan bahwa dalam politik itu, dua tahun atau 2,5 tahun is an eternity. Itu kemungkinannya panjang sekali. Dinamikanya banyak sekali," kata Prabowo mengawali jawabannya.
Jawaban mantan Panglima Kostrad itu disampaikan ketika ditanya Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi dalam wawancara eksklusif melalui program 'Rosi' yang ditayangkan langsung Kompas TV, Senin (28/11/2016).
Lanjut Prabowo menjelaskan, "Satu, kondisi politik saat itu, apakah dukungan masih kuat terhadap saya. Kemudian partai saya di mana. Ya, jadi ini kan proses demokrasi."
"Jadi, saya akan lihat saatnya. Kalau saya merasa dukungan kuat, kalau saya merasa dengan saya maju dan kalaupun seandainya saya dapat mandat dari rakyat, saya mampu nggak berbuat baik bagi bangsa dan negara. Itu aja. Kalau saya yakin, saya mampu berbuat baik, insya Allah, saya akan berjuang untuk itu."
Sebelum wawancara eksklusif itu ditayangkan, pada media sosial Twitter, kata Rosiana, banyak kicauan muncul dimana tweeps meminta menantu mantan Presiden RI kedua, Soeharto itu mencalonkan diri lagi sebagai Presiden RI.
Jika Jokowi mengakhiri masa jabatan periode pertama (2014-2019) secara baik dan memilih mencalonkan diri lagi untuk perode 2019-2024, maka dua tokoh nasional ini akan bertemu lagi pada kontestasi politik yang sama.
Pada Senin (31/10/2016), Jokowi dan Prabowo sempat bertemu di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kediaman pribadi Prabowo, guna membahas situasi terkini negeri ini.
Dari pertemuan yang diselingi acara naik kuda bersama itu, Rosiana menyampaikan celetukannya di hadapan Prabowo terkait Pemilihan Presiden RI.
"Pak Jokowi aja sudah memberi sinyal, jangan-jangan kita ketemu lagi Bapak Prabowo," kata Rosi, sapaan Rosiana.
Lalu, apa tanggapan Prabowo atas "pancingan" Rosi?
Jawaban mantan Panglima Kostrad itu disampaikan ketika ditanya Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi dalam wawancara eksklusif melalui program 'Rosi' yang ditayangkan langsung Kompas TV, Senin (28/11/2016).
Lanjut Prabowo menjelaskan, "Satu, kondisi politik saat itu, apakah dukungan masih kuat terhadap saya. Kemudian partai saya di mana. Ya, jadi ini kan proses demokrasi."
"Jadi, saya akan lihat saatnya. Kalau saya merasa dukungan kuat, kalau saya merasa dengan saya maju dan kalaupun seandainya saya dapat mandat dari rakyat, saya mampu nggak berbuat baik bagi bangsa dan negara. Itu aja. Kalau saya yakin, saya mampu berbuat baik, insya Allah, saya akan berjuang untuk itu."
Sebelum wawancara eksklusif itu ditayangkan, pada media sosial Twitter, kata Rosiana, banyak kicauan muncul dimana tweeps meminta menantu mantan Presiden RI kedua, Soeharto itu mencalonkan diri lagi sebagai Presiden RI.
Jika Jokowi mengakhiri masa jabatan periode pertama (2014-2019) secara baik dan memilih mencalonkan diri lagi untuk perode 2019-2024, maka dua tokoh nasional ini akan bertemu lagi pada kontestasi politik yang sama.
Pada Senin (31/10/2016), Jokowi dan Prabowo sempat bertemu di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kediaman pribadi Prabowo, guna membahas situasi terkini negeri ini.
Dari pertemuan yang diselingi acara naik kuda bersama itu, Rosiana menyampaikan celetukannya di hadapan Prabowo terkait Pemilihan Presiden RI.
"Pak Jokowi aja sudah memberi sinyal, jangan-jangan kita ketemu lagi Bapak Prabowo," kata Rosi, sapaan Rosiana.
Lalu, apa tanggapan Prabowo atas "pancingan" Rosi?
"Jadi di situ ingin budaya kita ciptakan bahwa untuk maju
minta dipilih, itu kan sesuatu keberanian. Jadi orang-orang yang maju
itu bagaimanapun (adalah) orang-orang yang berani. Mau berkorban, ya
kan? Mau berhari-hari keliling ketemu rakyat," ujar suami Titiek
Soeharto ini.
Menurut Prabowo, apabila rakyat ingin memilih pemimpin, maka harus banyak pilihan, entah siapa itu.
Namun, apabila kontestasi usai, para calon pemimpin itu tak boleh saling bermusuhan.
"Rakyat kan perlu banyak pilihan, tapi kan kita tak boleh bermusuhan. Itu maksud saya. Alhamdulillah hubungan saya dengan Pak Jokowi itu baik," ujar Prabowo yang diwawancarai di kediamannya.
Kendati demikian, dia mengatakan, tak ada jaminan jika usai pemilihan malah masih ada permusuhan sebab di negara yang demokrasinya lebih maju dibanding Indonesia pun demikian.
Merasa sebagai warga negara yang baik dan kini tak menaruh dendam dengan Jokowi, Prabowo mengaku jika dia siap membantu Kabinet Kerja dalam membangun Indonesia.
Prabowo mengatakan, “Harus saya katakan bahwa hubungan saya dengan Pak Jokowi itu baik. Hubungan saya dengan menteri-menteri di kabinet beliau jura baik. Jadi, kita bisa bekerja sama, cari solusi yang baik. Jadi itulah republik. Warga negara yang merasa yang merasa mampu, harus mau mengabadi, harus mau menawarkan diri."
Setelah Prabowo menjelaskan bagaimana hubungannya dengan mantan rivalnya kini dan kemungkinan bertarung lagi, Rosi kemudian kembali mengonfirmasi apakah Prabowo niat nyapres lagi pada tahun 2019.
Ternyata Prabowo memang memikirkan rencana itu walau belum ada keputusan akhir.
Keputusan untuk memastikan apakah dirinya nyapres atau tidak akan disampaikan pada saat-saat terakhir.
"Ya tentnya berpikir sudahlah. Masak nggak berpikir? Tapi kan, keputusan kita tunda sampai saat-saat terakhir. Kita lihat, masih banyak yang harus kita atasi dulu. Kita harus atasi, kita harus ciptakan kondisi yang baik. Saya terus berusaha membangun komunikasi, juga mendidik kader saya yang muda-muda untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang baik. Jangan terpengaruh pada budaya pragmatisme, budaya tipu-tipu, budaya rekayasa. Kita harus ciptakan suatu masa depan yang baik," ujarnya menjelaskan.
Tribunnews.comMenurut Prabowo, apabila rakyat ingin memilih pemimpin, maka harus banyak pilihan, entah siapa itu.
Namun, apabila kontestasi usai, para calon pemimpin itu tak boleh saling bermusuhan.
"Rakyat kan perlu banyak pilihan, tapi kan kita tak boleh bermusuhan. Itu maksud saya. Alhamdulillah hubungan saya dengan Pak Jokowi itu baik," ujar Prabowo yang diwawancarai di kediamannya.
Kendati demikian, dia mengatakan, tak ada jaminan jika usai pemilihan malah masih ada permusuhan sebab di negara yang demokrasinya lebih maju dibanding Indonesia pun demikian.
Merasa sebagai warga negara yang baik dan kini tak menaruh dendam dengan Jokowi, Prabowo mengaku jika dia siap membantu Kabinet Kerja dalam membangun Indonesia.
Prabowo mengatakan, “Harus saya katakan bahwa hubungan saya dengan Pak Jokowi itu baik. Hubungan saya dengan menteri-menteri di kabinet beliau jura baik. Jadi, kita bisa bekerja sama, cari solusi yang baik. Jadi itulah republik. Warga negara yang merasa yang merasa mampu, harus mau mengabadi, harus mau menawarkan diri."
Setelah Prabowo menjelaskan bagaimana hubungannya dengan mantan rivalnya kini dan kemungkinan bertarung lagi, Rosi kemudian kembali mengonfirmasi apakah Prabowo niat nyapres lagi pada tahun 2019.
Ternyata Prabowo memang memikirkan rencana itu walau belum ada keputusan akhir.
Keputusan untuk memastikan apakah dirinya nyapres atau tidak akan disampaikan pada saat-saat terakhir.
"Ya tentnya berpikir sudahlah. Masak nggak berpikir? Tapi kan, keputusan kita tunda sampai saat-saat terakhir. Kita lihat, masih banyak yang harus kita atasi dulu. Kita harus atasi, kita harus ciptakan kondisi yang baik. Saya terus berusaha membangun komunikasi, juga mendidik kader saya yang muda-muda untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang baik. Jangan terpengaruh pada budaya pragmatisme, budaya tipu-tipu, budaya rekayasa. Kita harus ciptakan suatu masa depan yang baik," ujarnya menjelaskan.
loading...
Comments
Post a Comment