loading...
Cawagub DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebut pasangan nomor urut 1 yaitu
Agus Harimurti-Sylviana Murni baik tapi belum berpengalaman dan pasangan
nomor urut 2 alias Cagub Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat
jangan dipilih. Juru bicara tim sukses (timses) Ahok-Djarot, Taufik
Basari menyatakan memilih itu berdasarkan rekam jejak.
"Ya mereka bisa punya pendapat dan bisa jadi pendapatnya tersebut akan membandingkan dengan pasangan lain, ya kita harapkan memilih itu didasarkan pada rasionalitas dan rekam jejak pasangan calon, kita tidak berharap pemilih itu memilih karena dibujuk-bujuk, dipaksa atau diharapkan oleh orang-orang tertentu," kata Taufik Basari saat dihubungi, Rabu (02/11/2016).
"Kita harapkan bisa memilih secara mandiri sesuai hati nurani dan didasarkan pada penelusuran rekan jejak dari para calonnya," tambah politisi NasDem itu.
Lebih lanjut, Taufik mengatakan bahwa tanpa bujukan dan memilih berdasarkan rekam jejak, masyarakat sudah lebih mampu membangun demokrasi yang baik.
"Kita tidak memilih karena bujukan tapi memilih karena sesuai dengan apa yang jadi pilihannya sendiri, jangan karena ikut-ikutan dibujuk atau dipaksa sehingga tidak mandiri ketika memilih, ini upaya kita untuk orang memilih dengan kesadarannya dan supaya bisa bangun demokrasi yang baik," terangnya.
Berbeda dari Sandiaga, Taufik justru menilai setiap paslon yang maju di Pilgub DKI sudah baik. Namun kembali lagi, apakah kategori tersebut baik ataui beklum untuk DKI kembali ke opini masyarakat.
"Mereka semua orang baik tapi kita harus mempertimbangkan saat ini masyarakat Jakarta butuh (pemimpin) yang seperti apa, apakah gubernur yang punya konsep yang paham akan masalah dan solusi atau gubernur yang berkonsep tapi tidak paham bahkan tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah," tuturnya.
Untuk itu dia berharap agar di pilkada ini setiap pasangan bukan saling menjatuhkan tapi justru beradu ide dan gagasan. Untuk lawan Ahok-Djarot, Taufik beranggapan bahwa konsep dari Agus-Sylvi dan Anies-Sandi masih buram dan belum terlihat. Berbeda dengan Ahok yang dikatakannya sudah memiliki konsep jelas dan teruji.
"Kita lihat semua masih abstrak konsepnya dari pasangan nomor urut 1 maupun nomor 3, jadi masih kita cari tahu konsepnya seperti apa, kalau no.2 kita sudah terbukti konsepnya jelas, sudah dilaksanakan tinggal dikritisi apakah yang dilaksanakan bermanfaat atau tidak, kalau iya diteruskan kalau tidak ya enggak usah diteruskan," ujar Taufik.
Meski dibilang agar jangan dipilih, Taufik justru yakin Ahok-Djarot tetap diminati dengan solusi-solusi yang telah diberikan selama ini pada warga Jakarta.
"Sudah jelas ada bukti, sudah terbukti paham berikut solusi, yang lain kita sedang menunggu seperti apa sih konsepnya jangan diberikan konsep yang abstrak, ide tapi ternyata tidak mungkin atau sulit diimplementasikan, kalau begitu tinggal adu saja." tutupnya.
"Ya mereka bisa punya pendapat dan bisa jadi pendapatnya tersebut akan membandingkan dengan pasangan lain, ya kita harapkan memilih itu didasarkan pada rasionalitas dan rekam jejak pasangan calon, kita tidak berharap pemilih itu memilih karena dibujuk-bujuk, dipaksa atau diharapkan oleh orang-orang tertentu," kata Taufik Basari saat dihubungi, Rabu (02/11/2016).
"Kita harapkan bisa memilih secara mandiri sesuai hati nurani dan didasarkan pada penelusuran rekan jejak dari para calonnya," tambah politisi NasDem itu.
Lebih lanjut, Taufik mengatakan bahwa tanpa bujukan dan memilih berdasarkan rekam jejak, masyarakat sudah lebih mampu membangun demokrasi yang baik.
"Kita tidak memilih karena bujukan tapi memilih karena sesuai dengan apa yang jadi pilihannya sendiri, jangan karena ikut-ikutan dibujuk atau dipaksa sehingga tidak mandiri ketika memilih, ini upaya kita untuk orang memilih dengan kesadarannya dan supaya bisa bangun demokrasi yang baik," terangnya.
Berbeda dari Sandiaga, Taufik justru menilai setiap paslon yang maju di Pilgub DKI sudah baik. Namun kembali lagi, apakah kategori tersebut baik ataui beklum untuk DKI kembali ke opini masyarakat.
"Mereka semua orang baik tapi kita harus mempertimbangkan saat ini masyarakat Jakarta butuh (pemimpin) yang seperti apa, apakah gubernur yang punya konsep yang paham akan masalah dan solusi atau gubernur yang berkonsep tapi tidak paham bahkan tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah," tuturnya.
Untuk itu dia berharap agar di pilkada ini setiap pasangan bukan saling menjatuhkan tapi justru beradu ide dan gagasan. Untuk lawan Ahok-Djarot, Taufik beranggapan bahwa konsep dari Agus-Sylvi dan Anies-Sandi masih buram dan belum terlihat. Berbeda dengan Ahok yang dikatakannya sudah memiliki konsep jelas dan teruji.
"Kita lihat semua masih abstrak konsepnya dari pasangan nomor urut 1 maupun nomor 3, jadi masih kita cari tahu konsepnya seperti apa, kalau no.2 kita sudah terbukti konsepnya jelas, sudah dilaksanakan tinggal dikritisi apakah yang dilaksanakan bermanfaat atau tidak, kalau iya diteruskan kalau tidak ya enggak usah diteruskan," ujar Taufik.
Meski dibilang agar jangan dipilih, Taufik justru yakin Ahok-Djarot tetap diminati dengan solusi-solusi yang telah diberikan selama ini pada warga Jakarta.
"Sudah jelas ada bukti, sudah terbukti paham berikut solusi, yang lain kita sedang menunggu seperti apa sih konsepnya jangan diberikan konsep yang abstrak, ide tapi ternyata tidak mungkin atau sulit diimplementasikan, kalau begitu tinggal adu saja." tutupnya.
loading...
Comments
Post a Comment